Dalam perencanaan
transportasi, terlebih dahulu harus diketahui mengenai pengertian transportasi. Transportasi didefinisikan
sebagi suatu usaha memindahkan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat
lainnya. Transportasi akan selalu berkaitan dengan pepergian/pergerakan (trip),
perjalanan (travel), lalu lintas (traffic), rute/jalur (route). Elemen-elemen
utama transportasi adalah manusia, barang, prasaranam sarana dan organisasi.
Elemen-elemen pelayanan transportasi adalah kecepatan (speed), keselamatan
(safety), ketersediaan (adequecy), frekuensi (frequency), keteraturan
(regularly), tanggung jawab (responsibility), pertimbangan yang menyeluruh
(comprehensiveness), biaya yang layak (acceptable cost) dan kenyamanan (comfort).
Masalah - masalah transportasi telah diatur dalam UU Nomor 14 Tahun 1992
tentang lalu lintas dan UU Nomor 1 Tahun 1980 tentang Jalan.
Permasalahan Transportasi
Seperti di negara sedang berkembang lainnya,
berbagi kota besar di Indonesia berada dalam tahap pertumbuhan urbanisasi yang
tinggi akibat laju pertumbuhan ekonomi yang pesar sehingga kebutuhan penduduk
untuk melakukan pergerakan pun menjadi semakin meningkat.
Tantangan bagi pemerintah negara sedang berkembang,
dalam hal ini instansi dan departemen terkait serta para perencana transportasi perkotaan
adalah masalahkemacetan lalu lintas serta
pelayanan angkutan umum perkotaan. Masalah kemacetan ini biasanya timbul pada
kota yang penduduknya lebih dari 2 juta jiwa yang sampai tahun 1996 telah
dicapai oleh beberapa kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya,
Medan, Bandung dan Jogjakarta.
Untuk menanggulangi kemacetan lalu lintas ini, pemerintah daerah melakukan
berbagai langkah, baik berupa menyusun kebijakan, menyusun tindakan maupun
menggarap aspek hukum. Hasilnya berupa pembangunan dan pengembangan prasarana,
optimasi penggunaan ruang jalan serta penerapan peraturan dan hukum. Meskipun
demikian, terlepas dari penilaian terhadap efektif dan efisiensinya kebijakan
juga langkah yang diambil setelah itu, kemacetan pada suatu wilayah perkotaan
tidak terjadi perubahan yang signifikan. Ini bukan saja karena memang kapasitas
pelayanan yang kurang memadai, tapi juga karena pertumbuhan permintaan yang
cukup tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan penyediaan sarana dan prasarana
transportasi yang dibutuhkan.
Dari beberapa hasil kajian (Tamin, 1995)
teridentifikasi secara umum bahwa kelemahan sistem pengelolaan transportasi
wilayah atau perkotaan di beberapa kota disebabkan oleh :
- Lemahnya mekanisme hubungan kerja atau
koordinasi antar instansi yang terkait dalam masalah transportasi
perkotaan;
- Tidak jelasnya wewenang dan tanggung jawab
instansi dalam penanganan masalah transportasi perkotaan;
- Kurangnya sumber daya manusia (SDM), baik dari
sisi kualitas maupun kuantitas;
- Kurang representatifnya peraturan pelaksanaan
yang ada dan belum adanya arahan mengenai bagaimana seharusnya sistem
pengelolaan transportasi perkotaan diadakan dengan melihat seberapa besar
permasalahan transportasi perkotaan yang ada, tipologi kota dan lain
sebagainya.
Pada saat ini sebagian besar pemakai angkutan umum
masih mengalami beberapa aspek negatif sistem angkutan jalan raya, yaitu :
- Tidak adanya jadwal yang tetap;
- Pola rute yang memaksa terjadinya transfer;
- Kelebihan penumpang pada saat jam sibuk;
- Cra mengemudikan kendaraan yang sembarangan
dan membahayakan keselamatan.
Secara umum permasalahan transportasi di perkotaan
dipengaruhi oleh beberapa kondisi berikut (sebagai ilustrasi diambil
permasalahan transportasi di Jakarta) :
1. Sarana dan prasarana lalu lintas masih terbatas
- Tidak seimbangnya prosentase penambahan jumlah
kendaraan sebesar 11,47% per tahun dengan persentase pertambahan prasarana
jaringan jalan yang hanya 4% per tahun;
- Sarana pejalan kaki (trotoar) belum memadai
dan masih sangat kurang;
- Kapasitas persimpangan masih terbatas;
- Sarana penyeberangan jalan belum memadai.
2. Manajemen lalu lintas belum berfungsi secara optimal
- Kendaraan berpenumpang kurang dari 2 orang
masih terlalu banya;
- Fungsi jalan belum terpisah secara nyata
(fungsi jalan arteri masih bercampur dengan fungsi jalan lokal);
- Jalan dan trotoar digunakan oleh pedagang kaki
lima dan usaha lainnya seperti bengkel dan parkir liar;
- Lalu lintas satu arah masih terbatas pada
jalan tertentu;
- Lajur Khusus Bus (LKB) baru ditetapkan pada
beberapa jalan untuk jam tertentu;
- Penerapan Kawasan Pembatasan Lalu Lintas (KPL)
masih terbatas pada jam tertentu saja;
3. Pelayanan angkutan umum penumpang belum memadai
- Dari sekitar 2 Juta kendaraan bermotor,
tercatat jumlah angkutan pribadi 86%, angkutan umum 2,51% dan sisanya
sebesar 11,49% adalah angkutan barang. Selain itu diketahui bahwa 57%
perjalanan orang menggunakan kendaraan pribadi. Dengan demikian proporsi
angkutan penumpang menjadi tidak seimbang, yaitu 2,51% angkutan umum harus
melayani 57% perjalanan orang, sedangkan 86% angkutan pribadi hanya
melayani 43% perjalanan orang;
- Tidak seimbangnya jumlah angkutan umum dengan
jumlah perjalanan orang yang harus dilayani menyebabkan muatan angkutan
umum melebihi kapasitasnya terutama pada jam sibuk;
- Penataan angkutan umum belum mengacu kepada
hirarki jalan;
- Belum tersedianya sistem angkutan umum massal.
4. Disiplin pemakai jalan masih rendah
- Disiplin pengendara, penumpang maupun pejalan
kaki masih kurang;
- Perubahan peraturan menyebabkan perlunya waktu
untuk penyesuaian;
- Pendidikan mengenai lalu lintas belum masuk
dalam pendidikan formal.
Kecenderungan perjalanan orang dengan angkutan
pribadi di daerah perkotaan akan meningkat terus bila kondisi sistem transportasi tidak
diperbaiki secara lebih mendasar. Berarti akan lebih banyak lagi kendaraan
pribadi yang digunakan karena pelayanan angkutan umum seperti saat ini tidak
dapat diharapkan lagi. Peningkatan kecenderungan perjalanan dengan angkutan
pribadi adalah dampak fenomena pertumbuhan daerah perkotaan, seperti :
- Meningkatnya aktivitas ekonomi kurang
terlayani oleh angkutan umum yang memadai
- Meningkatnya harga tanah di pusat kota
mengakibatkan tersebarnya lokasi permukiman jauh dari pusat kota atau
bahkan sampai ke luar kota yang tidak tercakup oleh jaringan layanan
angkutan umum;
- Dibukanya jalan baru semakin merangsang
penggunaan angkutan pribadi karena biasanya di jalan baru tersebut belum
terdapat jaringan layanan umum pada saat ini;
- Tidak tersedianya angkutan lingkungan atau
angkutan pengumpan yang menjembatani perjalanan sampai ke jalur utama
layanan angkutan umum;
- Kurang terjaminnya kebutuhan akan rasa aman,
kebutuhan akan tepat waktu, kebutuhan akan lama perjalanan yang di derita
dalam pelayanan angkutan umum;
- Semakin meningkatnya daya beli dan tingkay
privacy yang tidak bisa dilayani oleh angkutan umum/
Pengantar Perencanaan
Transportasi
Kegiatan perencanaan transportasi yang paling besar pada tahun-tahun
terakhir ini adalah perencanaan
transportasi perkotaan, di mana fokus perhatiannya adalah
merencanakan prasarana jalan dan transportasi umum untuk masa depan. Dalam
bidang perencanaan transportasi perkotaan inilah sebagian besar riset dan
pengembangan alat-alat model baru telah dilakukan dimana sebagian besar
pengalaman dalam perencanaan
transportasi jangka panjang telah dikembangkan.
Perencanaan transportasi dilakukan
untuk berbagai alasan. Salah satu alasan yang sangat penting adalah bahwa
periode waktu yang sangat panjang akan dibutuhkan untuk melaksanakan sebagian
besar perubahan utama dalam sistem transportasi, terutama pembangunan
fasilitas-fasilitas yang baru. Oleh karena itu, pengambilan keputusan yang
rasional mengenai dibangun atau tidak fasilitas tertentu membutuhkan pandangan
ke masa depan, pada periode dimana ia akan dipakai, dan keuntungan dari
pemakainya yang akan diperoleh. Selain itu, untuk alasan yang sama, kita harus melihat
ke masa depan untuk dapat memperkirakan masalah-masalah yang akan muncul
apabila fasilitas tadi tidak tersedia, sehingga fasilitas tadi dapat dibangun
secepatnya untuk menghindari masalah tersebut sebelum ia menjadi sesuatu yang
tidak dapat diterima lagi.
Perencanaan juga berguna untuk memastikan bahwa
berbagai perubahan di dalam sistem akan bekerja dengan baik sehingga dapat
menghasilkan keuntungan maksimum bagi daerah yang bersangkutan. Perencanaan
jangka panjang juga dilakukan karena tingkat pemerintahan yang lebih tinggi
(atau badan-badan ekstern seperti badan pembiayaan internasional) biasanya
memerlukannnya untuk dapat mempunyai gambaran menyeluruh mengenai keadaan
transportasi di masa depan, dan dapat mempunyai bayangan bagaimana proyek tadi
berfungsi apabila dilakasanakan.
Perencanaan transportasi perkotaan
tidak pelak lagi merupakan bentuk yang paling umum di dapat dari perencanaan
jangka panjang. Bidang perencanaan transportasi perkotaan masih tetap
berkembang, sebab disadari bahwa metode dan prosedur yang telah dikembangkan
tidak seluruhnya sesuai untuk dapat menangai masalah rumit yang timbul akibat
pertumbuhan yang cepat dalam daerah perkotaan, dengan kebutuhan akan kualitas
kehidupan yang lebih baik.
Proses perencanaan transportasi meliputi kegiatan
seperti inventarisasi (inventory), peramalan penggunaan lahan (land use
forecasting), bangkitan pepergian (trip generation), distribusi/sebatan
pepergian (trip distribution), pilihan moda (modal split), penempatan lalu
lintas (traffic assignmen). Penjelasannya sebagai berikut :
Inventarisai (Inventory)
Merupakan tahap awal untuk mengumpulkan data-data
yang digunakan sebagi dasar mengevaluasi keadaan transportasi dan kebutuhan
perjalanan saat ini, yang semuanya digunakan untuk memperkirakan kebutuhan
perjalanan dan sistem informasi yang akan datang. Data yang diharapkan didapat
antara lain penggunaan lahan, perjalanan penduduk, jumlah trip yang dilakukan,
dan tingkat penggunaan bermacam-macam fasilitas transportasi yang tersedia,
populasi dan karakteristik sosial ekonomi wilayahnya.
Peramalan Penggunaan Lahan (Land Use Forecasting)
Memprediksi perkembangan penggunaan lahan yang ada
sekarang, terutama penggunaan lahan yang berpengaruh terhadap transportasi
seperti perkembangan perumahan dan penggunaan komersial lainnya.
Bangkitan Pepergian (Trip Generation)
Menyangkut perkiraan jumlah trip yang datang
(attraction) dan pergi (production) dari suatu zona per satuan waktu. Trip
generation ini akan selalu dipengaruhi oleh intensitas penggunaan lahan,
karakteristik dari rumah tangga penduduk, dan lokasi tempat tinggal yang
ditinjau.
Distribusi/Sebaran pepergian (Trip Distribution)
Langkah untuk mendistribusikan semua trip yang
berasal dari setiap zona menuju ke semua kemungkinan zona yang tersedia.
Pilihan Moda (modal split)
Moda berkaitan dengan jenis transportasi yang
digunakan, pilihan pertama biasanya berjalan kaki atau menggunakan kendaraan
(pribadi atau umum). Dasar untuk pemilihan moda transportasi ini akan
dipengaruhi oleh karakteristik trip, karakteristik traveler dan karakteristik
sistem transportasinya.
Penempatan Lalu Lintas (Traffic Assignment)
Langkah terakhirnya adalah menempatkan pergerakan
(trip) kedalam sistem jaringan jalan yang ada. Pada tahap ini akan juga
ditentukan rute-rute yang dilalui, dimana pilihan rute akan juga berhubungan
dengan tingkat pelayanan (level of service) jalannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar