Dalam
pemasaran yang dilakukan oleh lembaga bisnis social, yang ditawarkan bukan
barang melainkan gagasan. Jadi marketing communication dalam bisnis social
adalah kegiatan pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi dan
atau mengingatkan konsumen untuk “membeli” gagasan dari lembaga tersebut dengan
cara berdonasi sebagai bentuk kontribusi dalam gagasan program yang ditawarkan
tersebut.
Berdasarkan
definisi dari para ahli, social marketing pada dasarnya merupakan
aplikasi strategi pemasaran komersil untuk “menjual” gagasan dalam rangka
mengubah sebuah masyarakat, terutama dalam manajemen yang mencakup analisa,
perencanaan, implementasi dan pengawasan. Dasar-dasar marketing komunikasi
untuk lembaga sosial dikenal sebagai “3i Marketing Triangle”, yaitu
positioning (cara sasaran/publik yang hendak diubah perilakunya mendefinisikan
perusahaan/organisasi dengan kompetitor), differentiation (perbedaan) dan
brand (keunikan, ketajaman, dan fokus sebuah produk dibandingkan dengan
produk lainnya, bisa berupa logo dan bentuk unik).
Penerapan
teknik pemasaran dalam melaksanakan program-program organisasi nirlaba
membutuhkan strategi. Tentu saja strategi yang digunakan sedikit berbeda
dibandingkan dengan memasarkan produk barang. Menurut Linda D. Ibrahim
perbedaan yang prinsip terletak pada tambahan “2 P” pada marketing mix bisnis
yang hanya terdiri dari “4 P”. Yaitu, partnership (kemitraan)
dan policy (kebijakan).
Praktik
pemasaran sosial tidak ada artinya apabila kemitraan tidak dijadikan tujuan
organisasi. Menurut Andreason, penekanannya adalah pada masyarakat luas,
langsung mempengaruhi perilaku dan kebutuhan atau kepentingan target
sasaran sebagai dasar pertimbangan. Aksi Cepat tanggap dengan majalah benefitnya,
berusaha untuk menjalin partnership networking yang kuat, untuk menarik
loyalitas para partner (donatur dan entrepreneur) kepada lembaga ACT.
Demikian
pula, social marketing tak ada artinya apabila tidak diikuti atau
dilanjutkan dengan upaya mendorong tersusunnya sebuah kebijakan. Kebijakan ini
tentunya adalah kebijakan yang mendukung lembaga, disini adalah ACT, baik
internal maupun eksternal.
Proses
marketing komunikasi bisnis sosial
- Terapkan SWOT (Strenght
Weakness Opportunity Threat) pada analisa kondisi awal
- Pilih kelompok sasaran yang
perilakunya hendak diubah
- Tetapkan perubahan perilaku
yang diinginkan
- Identifikasi manfaat atau
hambatan dalam mengubah perilaku
- Terapkan strategi
marketing communications yang beranekaragam untuk mengelakkan hambatan dan
mengejar manfaat
- Perubahan perilaku memakan
waktu sehingga strategi social marketing harus diusahakan secara gigih
dalam waktu lama dengan indikator prestasi yang terukur
Upaya
menyampaikan gagasan untuk mengubah perilaku masyarakat kerapkali kurang
berhasil atau bahkan gagal. salah satu penyebabnya adalah gagalnya organisasi
dalam melakukan komunikasi publik. Atau, bisa jadi gagasan organisasi tidak
sejalan dengan kebutuhan masyarakat
Pada
akhirnya, dibutuhkan sebuah proses yang cukup panjang agar semua proses
“belajar” masyarakat berjalan lancar. Konsultasi publik adalah bagian
dari public communication. Public relation merupakan salah satu alat
untuk konsultasi publik. Cara melakukannya adalah dengan menyelenggarakan forum
komunikasi untuk mengonsultasikan dengan publik tentang kepentingan publik
antara pihak tertentu dengan aneka stakeholders yang telah dianalisis
sedemikian rupa relevansinya dengan kepentingan publik yang ingin dibahas.
Pentingnya 70% “Konsultasi Publik” dan 30% saja “Sosialisasi”. Yang sering
terjadi di Indonesia adalah tidak dilakukannya konsultasi publik, yang diganti
dengan penonjolan “sosialisasi”. Sosialisasi yang dimaksud adalah dalam konteks
“memaksa” atau “mempersuasi” masyarakat untuk menerima suatu kebijakan
pemerintah.
Yang
sebaiknya dilakukan organisasi adalah mengarahkan hubungan masyarakat
(kehumasan) kepada pemasaran sosial yang sesungguhnya. Langkah awalnya adalah
dengan menciptakan makna bersama-sama dengan publik yang menjadi sasaran
program.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar