A.
Dasar-dasar perilaku individu
Dalam ilmu
management, seorang manager harus mengetahui perilaku individu. Dimana setiap
individu ini tentu saja memiliki karakteristik individu yang menentukan
terhadap perilaku individu. Yang pada akhirnya menghasilkan sebuah motivasi
individu.
Karakteristik
individu dalam organisasi antara lain :
Karakteristik
biografis
1. Umur
2. Jenis
kelamin
3. Status
kawin
4. masa
kerja
Kemampuan
1. kemampuan
fisik
2. kemampuan
intelektual
Kepribadian
Proses
belajar
Persepsi
Sikap
Kepuasan
kerja
Perilaku
Individu dalam organisasi antara lain :
Produktifitas
kerja
Kepuasan
kerja
Tingkat
absensi
Tingkat
turnover
Pertama,
mari kita membahas tentang dasar-dasar Perilaku Individu yang mempunyai
karakteristik individu.
1.
Karakteristik biografis
Yaitu
karakteristik pribadi seperti umur, jenis kelamin, dan status kawin yang
objektif dan mudah diperoleh dari rekaman pribadi.
Umur (age)
Hubungan Umur
- Turnover = umur meningkat maka tingkat turnover menurun. Alasannya karena
alternatif pekerjaan (option) yang semakin sedikit, penghasilan lebih tinggi
yang telah diperoleh, dan tunjangan pensiun yang lebih menarik.
Hubungan
Umur - Absensi = Umur meningkat, maka ketidakhadiran yang disengaja menurun,
dan ketidakhadiran yang tidak disengaja meningkat pula. Mengingat umur yang
bertambah berarti adanya keluarga yang harus dibina. ketidakhadiran yang
disengaja jarang sekali dilakukan, karena melihat pada nilai gaji yang
terpotong bila tidak masuk kerja. Dan ketidakhadiran yang tidak disengaja
meningkat pula, contoh : bila ada salah satu anaknya yang sakit.
Hubungan
Umur - Produktivitas = umur meningkat, maka produktifitas menurun. Alasan:
menurunnya kecepatan, kecekatan, dan kekuatan. Juga meningkatnya kejenuhan atau
kebosanan, dan kurangnya rangsangan intelektual. Namun ada juga study yang
mengemukakan bahwa hubungan umur dengan produktifitas ternyata tidak ada
hubungannya sama sekali. Dengan alasan : menurunnya ketrampilan jasmani tidak
cukup ekstrem bagi menurunnya produktifitas. Dan meningkatnya umur biasanya
diimbangi dengan meningkatnya pengalaman.
hubungan
umur - kepuasan kerja =
ü bagi karyawan profesional : umur
meningkat, kepuasan kerja juga meningkat
ü karyawan non-profesional : kepuasan
merosot selama usia tengah baya dan kemudian naik lagi dalam tahun-tahun
selanjutnya. Bila digambarkan dalam bentuk kurva, akan berbentuk kurva U
("U" curve).
Jenis
kelamin (gender)
tidak ada
beda yang signifikan / bermakna dalam produktifitas kerja antara pria dengan
wanita.
tidak ada
bukti yang menyatakan bahwa jenis kelamin karyawan memperngaruhi kepuasan
kerja.
hubungan
gender - turnover = beberapa studi menjumpai bahwa wanita mempunyai tingkat
keluar yang lebih tinggi, dan studi lain menjumpai tidak ada perbedaan antara
hubungan keduanya.
hubungan
gender - absensi = wanita mempunyai tingkat absensi yang lebih tinggi (lebih
sering mangkir). dengan alasan : wanita memikul tanggung jawab rumah tangga dan
keluarga yang lebih besar, juga jangan lupa dengan masalah kewanitaan.
Status kawin
(martial status)
tidak ada
studi yang cukup untu menyimpulkan mengenai efek status perkawinan terhadap
produktifitas.
karyawan
yang menikah lebih sediki absensinya, pergantian yang lebih rendah, dan lebih
puas dengan pekerjaannya.
Masa kerja
Tidak ada
alasan bahwa karyawan yang lebih lama bekerja (senior) akan lebih produktif
dari pada yang junior.
Senioritas /
masa kerja berkaitan secara negatif dengan kemangkiran dan dengan tingkat
turnover.
1. masa
kerja tinggi , tingkat absensi dan turnover rendah
2. masa
kerja rendah, tingkat absensi dan turnover tinggi
Keduanya hal
di atas berkaitan secara negatif
1. masa
kerja tinggi, kepuasan kerja tinggi
2. masa
kerja rendah, kepuasan kerja rendah
kedua hal di
atas berkaitan secara positif
2. Kemampuan
Yaitu
kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan.
kemampuan
intelektual. merupakan kemampuan yang diperlukan untuk mengerjakan kegiatan
mental. misalnya : berpikir,menganalisis, memahami. yang mana dapat diukur
dalam berbrntuk tes (tes IQ). Dan setiap orang punya kemampuan yang berbeda.
kemampuan
fisik. merupakan kemampuan yang diperlukan untuk melakukan tugas yang menuntut
stamina, kecekatan dan kekuatan.
3.
Kepribadian
Merupakan
cara individu bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain. kepribadian
terbentuk dari faktor keturunan, juga lingkungan (budaya, norma keluarga dan
pengaruh lainnya), dan juga situasi.
ciri dari
kepribadian adalah :
merupakan
karakteristik yang bertahan, yang membedakan perilaku seorang individu, seperti
sifat malu, agresif, mengalah, malas, ambisius, setia.
4. Proses
belajar (pembelajaran)
Adalah
bagaimana kita dapat menjelaskan dan meramalkan perilaku, dan pahami bagaimana
orang belajar.
Belajar
adalah : setiap perubahan yang relatif permanen dari perilaku yang terjadi
sebagai hasil pengalaman.
belajar
melibatkan perubahan (baik ataupun buruk)
perubahan
harus relatif permanen
belajar
berlangsung jika ada perubahan tindakan / perilaku
beberapa
bentuk pengalaman diperlukan untuk belajar. pengalaman dapat diperoleh lewat
pengamatan langsung atau tidak langsung (membaca) atau lewat praktek.
5. Persepsi
Merupakan
suatu proses dengan mana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan
kesan-kesan indera mereka agar memberikan makna bagi lingkungannya.
distorsi
persepsi (penyimpangan persepsi) :
persepsi selektif,
orang-orang yang secara selektif menafsirkan apa yang mereka saksikan
berdasarkan kepentingan, latar belakang, pengalaman, dan sikap.
efek halo,
menarik suatu kesan umum mengenai individu berdasarkan suatu karakteristik
tunggal (kesan pertama)
efek
kontras, evaluasi dari karakteristik seseorang yang dipengaruhi oleh
perbandingan dengan orang lain yang baru dijumpai, yang berperingkat lebih
tinggi atau lebih rendah pada karakteristik yang sama.
proyeksi,
menghubungkan karakteristik pribadinya terhadap karakteristik pribadi orang
lain.
stereotype,
menilai seseorang atas dasar persepsi kita terhadap kelompok dari orang
tersebut (menggeneralisasikan)
6.
Sikap
Adalah
pernyataan atau pertimbangan evaluatif (menguntungkan atau tidak menguntungkan)
mengenai objek, orang dan peristiwa. Sikap mencerminkan bagaimana seseorang
merasakan mengenai sesuatu. Dalam perilaku organisasi, pemahaman atas sikap
penting, karena sikap mempengaruhi perilaku kerja.
komponen
sikap :
kognitif,
segmen pendapat atau keyakinan dari suatu sikap
afektif,
segmen emosional dari suatu sikap
perilaku,suatu
maksud untuk perilaku dalam suatu cara tertentu terhadap seseorang atau
sesuatu.
7. Kepuasan
kerja
Adalah suatu
sikap umum seorang individu terhadap pekerjaannya. atau persaan senang atau
tidak senang terhadap pekerjaannya. Kepuasan kerja mempengaruhi sikap.
Apa yang
menetukan kepuasan kerja ?
kerja yang
secara mental menantang. kesempatan menggunakan ketrampilan / kemampuan, tugas
yang beragam, kebebasan, dan umpan balik.
ganjaran
yang pantas. sistem upah dan kebijakan promosi yang adil.
kondisi
kerja yang mendukung. lingkungan kerja yang aman, nyaman, fasilitas yang
memadai.
rekan kerja
yang mendukung. rekan kerja yang ramah dan mendukung, atasan yang ramah,
memahami, menghargai dan menunjukan keberpihakan kepada bawahan.
kesesuaian
kepribadian dengan pekerjaan. bakat dan kemampuan karyawan sesuai dengan
tuntutan pekerjaan.
B. Perilaku
Organisasi
Pada tingkat
individu, jika pegawai merasa bahwa organisasi memenuhi kebutuhan dan
karakteristik individualnya, ia akan cenderung berperilaku positif. Tetapi
sebaliknya, jika pegawai tidak merasa diperlakukan dengan adil, maka mereka
cenderung untuk tidak tertarik melakukan hal yang terbaik (Cowling dan James,
1996) Untuk itu, ketika seseorang mempunyai ketertarikan yang tinggi dengan
pekerjaan, seseorang akan menunjukkan perilaku terbaiknya dalam bekerja
(Duran-Arenas et.al, 1998). Selanjutnya menurut Cowling dan James, tidak semua
individu tertarik dengan pekerjaannya. Akibatnya beberapa target pekerjaan
tidak tercapai, tujuan-tujuan organisasi tertunda dan kepuasan dan
produktivitas pegawai menurun.
Di lain
pihak, organisasi berharap dapat memenuhi standar-standar sekarang yang sudah
ditetapkan serta dapat meningkat sepanjang waktu. Masalahnya adalah cara
menyelaraskan sasaran-sasaran individu dan kelompok dengan sasaran organisasi;
dan jika memungkinkan, sasaran organisasi menjadi sasaran individu dan
kelompok. Untuk itu diperlukan pemahaman bagaimana orang-orang dalam organisasi
itu bekerja serta kondisi-kondisi yang memungkinkan mereka dapat memberikan
kontribusinya yang tinggi terhadap organisasi.
Belajar dari
Vroom
Menurut
Teori Pengharapan, perilaku kerja merupakan fungsi dari tiga karakteristik: (1)
persepsi pegawai bahwa upayanya mengarah pada suatu kinerja (2) persepsi
pegawai bahwa kinerjanya dihargai (misalnya dengan gaji atau pujian) (3) nilai
yang diberikan pegawai terhadap imbalan yang diberikan. Menurut Vroom’s
expectancy theory, perilaku yang diharapkan dalam pekerjaan akan meningkat jika
seseorang merasakan adanya hubungan yang positif antara usaha-usaha yang
dilakukannya dengan kinerja (Simamora, 1999). Perilaku-perilaku tersebut
selanjutnya meningkat jika ada hubungan positif antara kinerja yang baik dengan
imbalan yang mereka terima, terutama imbalan yang bernilai bagi dirinya. Guna
mempertahankan individu senantiasa dalam rangkaian perilaku dan kinerja,
organisasi harus melakukan evaluasi yang akurat, memberi imbalan dan umpan
balik yang tepat.
C. PERILAKU
INDIVIDUAL DALAM ORGANISASI
perilaku
manusia sangat berbeda antara satu dengan lainnya. Perilaku itu sendiri adalah
suatu fungsi dari interaksi antara seseorang individu dengan lingkungannya.
Ditilik dari sifatnya, perbedaan perilaku manusia itu disebabkan karena
kemampuan, kebutuhan, cara berpikir untuk menentukan pilihan perilaku,
pengalaman, dan reaksi affektifnya berbeda satu sama lain.
Pendekatan
yang sering dipergunakan untuk memahami perilaku manusia adalah; pendekatan
kognitif, reinforcement, dan psikoanalitis. Berikut penjelasan ketiga
pendekatan tersebut dilihat dari; penekanannya, penyebab timbulnya perilaku,
prosesnya, kepentingan masa lalu di dalam menentukan perilaku, tingkat
kesadaran, dan data yang dipergunakan.
1.
Penekanan.
Pendekatan
kognitif menekankan mental internal seperti berpikir dan menimbang. Penafsiran
individu tentang lingkungan dipertimbangkan lebih penting dari lingkungan itu
sendiri.
Pendekatan
penguatan (reinforcement) menekankan pada peranan lingkungan dalam perilaku
manusia. Lingkungan dipandang sebagai suatu sumber stimuli yang dapat
menghasilkan dan memperkuat respon perilaku.
Pendekatan
psikoanalitis menekankan peranan sistem personalitas di dalam menentukan
sesuatu perilaku. Lingkungan dipertimbangkan sepanjang hanya sebagai ego yang
berinteraksi dengannya untuk memuaskan keinginan.
2. Penyebab
Timbulnya Perilaku
Pendekatan
kognitif, perilaku dikatakan timbul dari ketidakseimbangan atau ketidaksesuaian
pada struktur kognitif, yang dapat dihasilkan dari persepsi tentang lingkungan.
Pendekatan
reinforcement menyatakan bahwa perilaku itu ditentukan oleh stimuli lingkungan
baik sebelum terjadinya perilaku maupun sebagai hasil dari perilaku.
Menurut
pendekatan psikoanalitis, perilaku itu ditimbulkan oleh tegangan (tensions)
yang dihasilkan oleh tidak tercapainya keinginan.
3. Proses.
Pendekatan
kognitif menyatakan bahwa kognisi (pengetahuan dan pengalaman) adalah proses
mental, yang saling menyempurnakan dengan struktur kognisi yang ada. Dan akibat
ketidak sesuaian (inconsistency) dalam struktur menghasilkan perilaku yang
dapat mengurangi ketidak sesuaian tersebut.
Pendekatan
reinforcement, lingkungan yang beraksi dalam diri individu mengundang respon
yang ditentukan oleh sejarah. Sifat dari reaksi lingkungan pada respon tersebut
menentukan kecenderungan perilaku masa mendatang.
Dalam
pendekatan psikoanalitis, keinginan dan harapan dihasilkan dalam Id kemudian
diproses oleh Ego dibawah pengamatan Superego.
4.
Kepentingan Masa lalu dalam menentukan Perilaku.
Pendekatan
kognitif tidak memperhitungkan masa lalu (ahistoric). Pengalaman masa lalu
hanya menentukan pada struktur kognitif, dan perilaku adalah suatu fungsi dari
pernyataan masa sekarang dari sistem kognitif seseorang, tanpa memperhatikan
proses masuknya dalam sistem.
Teori
reinforcement bersifat historic. Suatu respon seseorang pada suatu stimulus
tertentu adalah menjadi suatu fungsi dari sejarah lingkungannya.
Menurut
pendekatan psikoanalitis, masa lalu seseorang dapat menjadikan suatu penentu
yang relatif penting bagi perilakunya. Kekuatan yang relatif dari Id, Ego dan
Superego ditentukan oleh interaksi dan pengembangannya dimasa lalu.
5. Tingkat
dari Kesadaran.
Dalam
pendekatan kognitif memang ada aneka ragam tingkatan kesadaran, tetapi dalam
kegiatan mental yang sadar seperti mengetahui, berpikir dan memahami,
dipertimbangkan sangat penting.
Dalam teori
reinforcement, tidak ada perbedaan antara sadar dan tidak. Biasanya aktifitas
mental dipertimbangkan menjadi bentuk lain dari perilaku dan tidak dihubungkan
dengan kasus kekuasaan apapun. Aktifitas mental seperti berpikir dan
berperasaan dapat saja diikuti dengan perilaku yang terbuka, tetapi bukan
berarti bahwa berpikir dan berperasaan dapat menyebabkan terjadinya perilaku
terbuka.
Pendekatan
psikoanalitis hampir sebagian besar aktifitas mental adalah tidak sadar.
Aktifitas tidak sadar dari Id dan Superego secara luas menentukan perilaku.
6. Data.
Dalam
pendekatan kognitif, data atas sikap, nilai, pengertian dan pengharapan pada
dasarnya dikumpulkan lewat survey dan kuestioner.
Pendekatan
reinforcement mengukur stimuli lingkungan dan respon materi atau fisik yang
dapat diamati, lewat observasi langsung atau dengan pertolongan sarana
teknologi.
Pendekatan
psikoanalitis menggunakan data ekspresi dari keinginan, harapan, dan bukti
penekanan dan bloking dari keinginan tersebut lewat analisa mimpi, asosiasi
bebas, teknik proyektif, dan hipnotis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar